Jumat, 03 Juni 2011

Layanan Klinik Tanaman, dari Hama dan Penyakit Tumbuhan Pada Tanaman Jagung

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak.Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk menunjang tanaman berproduksi. Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik karena bahan organik mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Kandungan hara dalam tanah semakin lama semakin berkurang, hal ini dapat diatasi dengan pemupukan. Penelitian ini menggunakan pupuk organik, yaitu kompos kascing yang diaplikasikan pada tanaman jagung manis (Zea mays L. Saccharata)
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cutup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama.
Pada praktikum klinik tanaman jurusan HPT mencoba melakukan wawanccara terhadap petani jagung. Disana praktikan menayakan semua apa saja keluhan dari petani mengenai hama, penyakit dan gulma. Para praktikan belajar banyak dari petani,dan saling menukar pengalaman.
Diharapkan dari hasil wawancara para praktikan banyak belajar dari petani. Mulai dari pembudidayaan sampai pemanenan.

1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui gejala-gejala serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung, dan juga mengerti gulma serta musuh alami dari hama yang ada pada tanaman jagung.




















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung termasuk Class monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea mays.L ( Insidewinme, 2007) dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman (Subandi, 2008). Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Goldsworthy dan Fisher, 1980).
Hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehilangan hasil pada pertanaman jagung. Hama utama pada berbagai daerah penghasil jagung adalah lalat bibit, Atherigona sp., penggerek batang, Ostrinia furnacalis, penggerek tongkol Helicoverpa armigera, ulat grayak (Mythimna sp., dan Spodoptera sp.), dan tikus. Kehadiran dan tingkat serangan hama utama jagung banyak ditentukan oleh pola tanam setahun. Penggerek batang jagung O. furnacalis merupakan hama utama jagung yang paling sering menyebabkan kerusakan dengan kehilangan hasil 4,5-54,5% (Baco dan Tandiabang 1988). Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil keragaman organisme dan dapat menyebabkan ledakan populasi hama. Kondisi lingkungan tertentu dapat mengubah proses fisiologis tanaman yang selanjutnya mempengaruhi nutrisi tanaman yang diserap serangga fitofagus (Kogan ,1975).
Kandungan hara pada tanah semakin lama biasanya semakin berkurang karena seringnya digunakan oleh tanaman yang hidup diatas tanah tersebut, bila keadaan seperti ini terus dibiarkan maka tanaman biasanya kekurangan unsur hara sehingga pertumbuhan dan produksi mejadi terganggu. Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diatasi dengan pemupukan (Sutoro dkk. 1988).
Penggerek batang, Ostrinia furnacalis Guenee, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga keberadaannya perlu diwaspadai. Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20−80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang. Telur O. furnacalis diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 3−4 hari. Larva terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 3−7 hari. Stadium pupa berlangsung 7−9 hari. Lama hidup ngengat adalah 2−7 hari sehingga siklus hidup dari telur hingga ngengat adalah 27−46 hari dengan rata-rata 37,50 hari. Musuh alami O. furnacalis yang ditemukan di Sulawesi Selatan, seperti di Maros, Barru, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai adalah parasitoid telur Trichogramma evanescens dan parasitoid larva dari ordo/famili Hymenoptera/Ichneumonidae (1 spesies), Hymenoptera/Braconidae (1 spesies), dan Diptera/Tachinidae (1 spesies). Persentase telur O. furnacalis yang terparasit dalam satu kelompok berkisar antara 71,56−89,80%.
Larva O. furnacalis yang terparasit Ichneumonidae, Braconidae, dan Tachinidae berkisar antara 1−6%. Parasitoid telur lebih efektif menekan populasi O. furnacalis dibanding parasitoid larva. Jenis-jenis predator telur dan larva O. furnacalis adalah cecopet (Proreus sp., Euborellia sp.) dan laba-laba (Lycosa sp., Chrysopa sp., dan Orius tristicolor), sedangkan patogen yang efektif menekan populasi O. furnacalis adalah Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Keefektifan kedua jenis cendawan tersebut bergantung pada konsentrasi konidia dan stadium perkembangan larva O. furnacalis; makin muda stadium larva makin tinggi tingkat mortalitasnya.


BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari senin jam 13.00 pada tanggal25 Mei 2011 dilab Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian. Lokasi wawancara di Desa Seputih Sumber Benig pada tanggal 29 Mei 2011.
3.2 Alat dan Bahan
1. Kamera Digital
2.Kertas HVS
3.Lembar pengamatan
4. Lahan pertanian
5. Petani
6. Hama yang diamati
7. Gulma
3.3 Cara Kerja
1. Mewawancarai petani di daerah yang sudah ditentukan dalam praktikum
2. Melakukan pengamatan lahan yang akan diamati
3. Memfoto hama , gulma,musuh alami,
4. Memfoto tanaman yang terserang serangga, terserang penyakit
5.Mengamati gejala pada tanaman yang terserang
6. Melakukan monitoring tingkat intensitas serangan hama,pemyakit, gulma.
7. Memberikan rekomendasi kepada petani masalah pemgendalian.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil





3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini kelompok kami mengadakan wawancara didaerah jember timur, yang letaknya di Desa Seputih Sumber Benig. Disana saya melihat ada banyak sekali tanaman jagung. Hama yang terlihat nampak jelas disana ada seperti ulat, lalat, hama penggerek tongkol dan masih ada lagi.
Tanaman sebelum jagung adalah padi, dan tanaman sekitar jagung adalah cabai dan terung. Tanaman ccabai dan terung ditanam dipaling pojok dan bersilang-silang.
Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung adalah: Hama. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Setelah 4-5 hari ditanam biasanya biji mulai tumbuh. Penyemprotan untuk mencegah/memberantas lalat bibit segera dilakukan setelah biji tumbuh dan tersembul di atas tanah. Didesa sumber benig melakukan penyemprotan bila dilampaui terlalu banyak hama yang ada,jika tidak banyak tidak akan disemprot. Ulat tanah (Agrotis ipsilon) menyerang bagian-bagian vital tanaman seperti batang dan buah. Hama ini sangat menjengkelkan, karena menyerang hanya pada malam hari dan akan bersembunyi di dalam tanah pada siang hari.
Ulat tanah biasa menyerang tanaman yang masih muda. Batang tanaman yang terserang akan patah dan mati. Pencegahan hama ini dilakukan dengan menyemprot lahan tanam menggunakan pestisida sebelum masa tanam. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Furadan 3G, Petrofur, atau insektisida yang bersifat sistemik yang meresap ke seluruh bagian tanaman dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan
Pestisida yang digunakan adalah Basudin (Diazinon), Surecide dan lain-lain, dengan dosis 1,5- 2,5 cc/ liter air. Serangan lalat bibit ini berlangsung sampai tanaman berumur tanaman ± 3 minggu. Sebenarnya lalat bibit ini akan efektif pencegahannya bila sebelum tanam, benih di-tretment (diberi insectisida) dulu. Biasanya memakai merk pasaran Gaucho atupun Confidor. Ulat Agrotis (agrotis Sp ) , Hama ini menyerang pada waktu tanaman masih kecil. Dapat diberantas dengan cara mencari dan membunuh ulatnya, yang biasanya terdapat di dalam tanah atau sebelum ditanami, tanah diberi insektisida terlebih dahulu.
Serangan pada tanaman semasa kecil sering mengakibatkan kematian: Serangan pada tanaman yang lebih besar mengakibatkan pertumbuhan tongkol yang tidak sempurna. Dilahan petani bapak abu toiyb serangan hama bisa mencapai hamper 20%. Karena didalam 10 tanaman jagung bisa ada 20 hama.
Pemberantasan , dengan fungisida atau bahan kimia lain yang efektif sampai saat ini belum diketemukan. Usaha pemberantasannya yang dilakukan adalah dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang dan menanam kembali dengan varitas yang tahan. Penyakit-penyakit penting yang terdapat pada jagung di antaranya adalah becak daun (Helminthosporium sp) dan karat daun (Puccinia sorghi Sehw).
Gulma yang ada dilahan sumber bening sangat banyak sekali seperti rumput teki, pencegahan gulma hanya dilakukan pencabutan saja , karena lebih efisien dari pada dengan penyemprotan yang memakai herbisida.
Dalam mengatasi permasalahan hama,ada beberapa peneliti melakukan percobaan menggunakan jamur trichoderma dalam pengendailiannya. Jamur ini sebagai ,usuh alami yang akan memangsa hama seperti hama penggerek batang jagung, ulet, lalat. Musuh alami O. furnacalis yang ditemukan di Sulawesi Selatan, seperti di Maros, Barru, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai adalah parasitoid telur Trichogramma evanescens dan parasitoid larva dari ordo/famili Hymenoptera/Ichneumonidae (1 spesies), Hymenoptera/Braconidae (1 spesies), dan Diptera/Tachinidae (1 spesies). Persentase telur O. furnacalis yang terparasit dalam satu kelompok berkisar antara 71,56−89,80%.
Dalam wawancara oleh petani ,dalam perolehan air mereka memakai sistem pergantian. Jadi air yang berada diatas dialiri kebawah,dan setiap petani dibebankan biaya sebanyakkebutuhan yang dikeluarkan. Dan kebetulan petani yang kita wawancarai sebagai ketua dalam pengairan didesanya.

BAB 5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1.Pengendalian di desa bening dinilai kurang bertehnologi modern. Mreka para petani masih membiarkan lahan mereka yang diserang, tetapi bila tanaman yang diserang itu sangat banyak maka petani tersebut menyemprot dengan pestisida.
2. petani dibei saran mengenai cata pengendaliannya dengan menggunakancara organic. Seperti pengendalian hayati, pestisida nabati dan lain-lain.
5.2 Saran
Seharusnya dalam praktikum wawancara ini jangan terlalu banyak petani yang akan diwawancarai, karena tidak akan focus yang mengakibatkan terburu-buru dalam pendataan hama dan penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA
Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan pfi3pdata.Litbang.Deptan.Go.Id/Dokumen/One/.../07-Juknis-Jagung.Pd
Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan, A.F. Fadhly dan Fahdiana Tabri. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros
Teknik Budidaya Jagung www.indowarta.org/2011/query/teknik-budidaya-jagung.
Teknis Budidaya Pertanian NASA: LEAFLET BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG teknisbudidaya.blogspot.com/.../leaflet-budidaya-tanaman-jagung.html

1 komentar: